RSS

Explore Bangkalan, Madura: Bukit Arosbaya, mercusuar sembilangan, bukit jadih

Bukit Arosbaya

Mercusuar Sembilangan

Bukit jaddih

Gowa poteh

Libur sabtu ini aku pergi ke Surabaya, janjian ama Erwin, temen yang udah ku kenal sejak 2011, dulu kita beberapakali backpakeran bareng bersama backpacker Surabaya. Perjalanan naik motor menyeberangi jembatan suramadu, jembatan terpanjang di Indonesia saat ini, 5 km jauhnya. Berbekal petunjuk google map, kami menuju lokasi yang paling jauh dulu, yaitu ke bukit arosbaya jaraknya sekitar 45 km dari jembatan suramadu. Melintasi jalan jalur utara pulau Madura, jalannya gak mulus, beberapa rusak, jadi motor harus hati2 dan mengurangi kecepatan.






Petunjuk ke bukit arosbaya tidak lah banyak, di petunjuk beberapa plang jalan lebih gampang mengikuti wisata air mata, lokasinya persis di pintu masuk bukit arosbaya. Masuk ke pemukiman padat penduduk, kalo mobil memaksa masuk, bakalan susah aklo bersimpangan degan mobil lain. Melewati kuburan pula. Cuma disediakan tempat parkir seadanya, bayar 5 ribu, masuk dimintai 5 ribu per orang. Dan disitu masih ada beberapa aktivitas penambangan warga, mobil pick up beberapa kali masuk mengangkut matrial. Bebatuan merah seperti bekas pahatan manusia seperti menjadi seni tersendiri, palagi ditumbuhi hijau lumut dan pepohonan. Area penambangan ini cukup panjang, saling terhubung lorong yang bisa dilalui manusia, bahkan mobil pickup.





Setelah puas berfoto2 kami menuju lokasi yang ke 2, yaitumercusuar sembilangan. Berjarak 28 km dari arosbaya kea rah selatan. Mercusuar ini masih terlihat bagus n terawatt, dan masih dipakai. Untuk menuju ke de katas menara kita membayar 5 ribu, kami menaiki tangga besi. Setinggi 12 lantai. Saat sampai di atas, angina bertiup sangat kencang banget. Apalagi mendung, dan sempat kami terkaget, karna ada suara dan kilatan petir. Kami pun gak lama di atas kami turun, takut kena sambaran petir, karna seluruh banguanan ini besi, pikirku. Dari samping menara ini kita bisa memotret menara secara utuh, apalagi dilapangan rumput hijau itu di lepas beberapa sapi merah. 



Tak lama kemudian turun hujan. Kamipun berteduh diwarung sekalian isi perut. Ibu penjaga warunya dengan ramah menyambut kami. Kami memesan lontong rujak, seharga 6 ribu. Sabil menunggu hujan reda, kami saling bercerita dengan si ibuk yang ternayata dari padang, sudah 6 tahun di sini, ikut suaminya yang asli Madura.


 Sebenarnya kami dinasehati ibuk untuk berhati2 menuju bukit jadih/lokasi selanjutnya. Karna disana banyak preman. Sempet ragu sih, tapi Erwin meyakinkanku klo kita tetep ke bukit jadih. Setelah hujan reda kami lanjutkan perjalanan kami menuju bukit jadih, 15 km jauhnya, sempat beberapa kali salah jalan. Sampai dibukit jadih pukul 3 sore. Disini masih banyak aktivitas penambangan menggunakan alat berat. Sebelah kiri ada kolam renang gowa poteh, konon katanya dulu muncul air dari bebatuan kapur, sehingga dibuatlah kolam renang disitu. Masuk kebukit jadih ini parkir 5 ribu. Motor naik ke atas diantara bebatuan, jalannya juga gak mulus, maklum jalan batu kapur. Setelah berfoto2 kami menuju kolam renang, bayar 25 ribu untuk 2 orang. Sore itu sepi. Ketika langit cerah, matahari tidak terlalu panas menyengat. 





Pulangnya kami mampir kulineran dulu di bebek sinjay. Rame banget, tapi tempatnya luas. Kami mengantri dengan seharga 22 ribu, paket bebek dan the sosro kita dapatkan. Sebenarnya gak terlalu suka bebek, Cuma kalo makan bebek ya doyan. Dan ternyata enak banget, dibumbui tepung kremes, dan sambal pencit, pedes segar. Setelah itu erwinnganterin balik ke terminal purabaya.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment