RSS

Explore Flores Bag 3(Bajawa-Ruteng)


Hari -5
Pagi itu ternyata ke 2 temenku udah bangun duluan, mereka pamit mau ke desa bena duluan jam 6, sementara aku belom apa2, baru jam 7 siap kluar kamar. Akupun nyari sarapan, yang ternyata kebanyakan masih tutup warungnya. Akupun menghampiri salah satu tukang ojek yang ada diperempatan jalan. Tawar menawar akhirnya dapat 100 untuk nganter ke desa dat bena dan air terjun ogi. Aku Cuma punya waktu setengah hari sampek jam 12. Jam 1 siang kami harus ke ruteng.

Jalan menuju desa bena aku bisa melihat gunung inerie dari kejauhan, gunung dengan ketinggian 2200 mdpl ini masih aktif, dikaki gunung masih banyak terdapat rumah adat. Aku lupa nama2 rumah adat, tapi yang paling terkenal adalah desa adat bena. Berjarak sekitar 20 km dari kota bajawa. Dan disitu aku bertemu dengan 2 orang temenku tadi, dia nyewa motor dari depan penginapan.






Tiket masuk rumah adat bena ini seharga 20 ribu. Kebetulan mulai dari kemarin dan siang nanti ada upacara adat reba. Tapi sayang aku gak bisa lama2 didesa adat bena, nunggu pelaksanaan misa aja lama banget jam 9 baru mulai, dan ternyata temenku nungguin jam 12 masih dimulai acara tari2 an, padahal harus segera out dari bajawa ke ruteng.

background gunung inerie



nyembelih babi
bersama anak2 bena

hasil tenun

persiapan misa

Dari desa bena aku mampir ke panorama manulalu , dari sini kita akan bisa melihat secara luas gunung inerie. Gak lama kami menuju air terjun ogi. Air terjun ini sebenernya Cuma 5 km dari kota klo dilihat dari google map. Tapi kenyataannya jalanan berliku liku, masuk kampung dan sawah2. Bahkan tukang ojek Cuma nganterin dari jauh, katanya air terjunnya angker, terpaksalah aku jalan 20 meter ke depan sendirian. Disini gak ada tiket, dan agak ada orang sama sekali. Padahal menurutku air terjunnya lumayan lah. Cuma kurang dikelola dengan baik.
air terjun ogi

view dari manulalu



Jam 12.00 aku packing dan cek out, nunggu temen dari bena tadi. Jam 1 travel udah jemput. Cuma kita ber 3 saja sih penumpangnya. Mobil langsung jalan ke ruteng, beberapa kali sopir nurunin dan ambil barang. Perjalanan selama 4 jam seharga 100 ribu bajawa-ruteng. Jalanan masih sama, seperti kontur flores pada umumnya yang berbukit-bukit. Apalagi kota ruteng berada ketinggian 1600 mdpl. Mereka ber 2 memutuskan nginep di hotel rima, akupun ikut mereka. Ternyata ada sekamar 100 ribu include sarapan. Mayan lah ya. Penginapan hotel rima ini cukup terkenal. Model bangunan dari kayu. Staf yang sangat ramah dan membantu tamu. Ketika aku mengutarakan keinginanku klo aq Cuma punya waktu setengah hari sampek siang dan harus ke Labuan bajo, mereka dengan sigap memberi informasi tujuan mana aja yang deket kota ruteng, menawarkan sewa motor 50 ribu, dan menelponkan travel untuk ke Labuan bajo.

Hari -6
Pagi itu ternyata ke 2 temenku sudah cek out pagi2 buta, jam 4 menuju waerebo. Sementara aku gak ada waktu ke waerebo. Terlalu jauh klo motoran 3 jam ke denge dan traking 3 jam. Coba jadwal komodonya bisa diundur 1 hari pasti aku bisa ikut mereka ke waerebo. Ok lah maybe next time ke waerebo.
Setelah sarapan beberapa potong roti, telur ceplok dan secangkir teh. Akupun ambil motor untuk keliling ruteng. Yang pertama kukunjungi adalah ruteng puu. Rumah tradisional ruteng yang Cuma berjarak 5 km ini sekilas mirip atap rumaha adat waerebo, beratap melingkar kerucut atap jerami.




bapak yang punya rumah...lupa namanya ..hihi


Pagi itu aku disambut bapak2, aku disuruh ngisi buku tamu, dan kasih sumbangan sukarela, aku kasih 20 ribu, secara desa adat bena juga segitu.
Awalnya aku Cuma foto2 bagian depan, pas mau beranjak pergi ada bapak2 sarungan menghampiriku, bertanya darimana dik..dan dari situ aku tau itu bapak yang punya rumah tradisional itu. Bapak itu mempersilakan aku masuk, sambil beliau bercerita tentang rumah adat. Bagian dalam rumah dibuat sekat2 kamar, sementara di bagian tengah terdapat alat kendang. Itulah kenapa rumah adat ini disebut mbaru gendang. Alat music ini dulunya digunakan untuk mengumpulkan warga ketika ada acara tertentu. Dibagian luar rumah adat ada lingkaran batu2 itu adalah makam leluhur mereka, kadang diadakan upacara adat tiap acara2 tertentu.

Dari rumah adat ruteng puu, google mapku set menuju spider cancar, yaitu sawah tradisional yang pembagian wilayahnya membentuk jaring laba2. Berjarak sekitar 20 km.
Dari parkiran kami menanjak 100 m. dari atas bukit kita bisa meihat beberapa modul jaring laba2 dengan background perkampungan dibukit dibawah langit biru.



Setelah puas panas2 an diatas bukit aku kembali ke kota ruteng. Sesekali berhenti di air terjun pinggir jalan. Menyusuri kota ruteng yang banyak bangunan gereja2 tua. Trus balik ke penginapan jam 11.
Awalnya sih aku pesen travel jam 1. Tapi setelah aku tahu jam 11 dah balik, staf penginapan menawarkanku apa mau berangkat sekarang juga ke Labuan bajo. Akupun meng iya kan. Toh aq jg dah packing tinggal ambil tas.


Dan dimulailah drama dari mobil travel. Belum jauh meninggalkan kota ruteng, kami diturunkan oleh sopir, dengan alasan kampas rem mobil habis. Terpaksa harus dipindah ke mobil lain. Sempet ada yang protes sih. Agak lama ibuk2 mau masuk ke mobil lain, aku sih apa mau dikata, ikut aja. Yang penting kan sampek Labuan bajo. Dan ternyata ada 1 penumpang yang ngejar pesawat ke Labuan bajo. Karna penumpang dibawah udah sesak, barang2 ditaruh atas. Dan cuss..wuzzz…si sopir ngebut banget jalannya..gak peduli itu jalanan berliku liku berbukit bukit…salip menyalip…demi 1 penumpang yang ngejar penerbangan..emang sih tadi berhenti cukup lama gara2 oper mobil lain. Dan tragedy dimulai…saking kencengnya..pas melewati jalan gak rata..koper salah satu penumpang jatuh terguling guling…si ibuk yang punya koper berubah seperti mak lamir yang cerewet…ampun koper mahalku rusak..hancurlah barang2 nya…setelah mobil berhenti dan koper diambil..emang sih ada beberapa bagian sobek tapi masih kelihatan kokoh..entah barang didalamnya gimana…si ibuk itu tidak terima..mintak ganti rugi 1 juta..bilang ke si sopir..si sopir juga gak mau disalahkan..akhirnya mereka ribut adu mulut…saat mobil melaju kencang 100km/jam dijalanan berbukit2. Penumpang lain termasuk aku Cuma komat kami semoga nyampek Labuan bajo dengan selamat. Si buk itu tetep ngoceh gak terima..pokoknya mau lapor polisi kalo gak mau ganti rugi…akupun pusing dengerin mereka ribut..pasang hetset setel music keras sambil mulut komat kamit, sesekali kepalaku kejatuhan barang yang ada di belakang…aduh..si ibuk tadi sepertinya cukup terhibur melihat nasibku..duh kasian masnya..bilangnya..hadehh

Setelah nganterin penumpang ke bandara kini mobil bisa berjalan santai, dan permasalahan ibuk itu dah selesai, akan diganti rugi mobil travel sebelumnya yang ngoper. Akupun turun dari mobil di penginapan hotel pelangi, berasa mual2 bukan mabuk, tapi berasa keder kakiku lepas dari sopir maut.
Dipenginapan hotel pelangi ini range harga 60 ribu-400 ribu. Aku pilih yang paling murah. Dan ternyata kamarnya not bad lah, sebenernya bisa muat 3 orang tidur, ada 1 ranjang besar dan 1 ranjang kecil, partisi antar ruangan kayu, kamar mandinya di luar, airnya payau, tapi masih oke lah sabun masih bisa berbusa.

Abis dari tempat ketinggian yang dingin, moni-bajawa-ruteng…kini berada di pinggir laut yang panas, anginpun jarang bertiup.

Abis mandi akupun keliling pelabuhan nyari makan. Makan ayam bakar dan jus mangga abis 50 ribu, haha..mahal…sorenya aku Cuma duduk2 di dermaga nunggu sunset.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 comments:

Unknown said...

Sangat menarik.. boleh tanya2 lebih detail nggak gan?

hari_arch said...

Boleh, silahkan klo mau tanya disink. Tanya lewat fb juga boleh. sebelah kiri ada fb nya.

Post a Comment